Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Hubungan yang dilakukan oleh unsur pimpinan antara lain kelangsungan hidup berorganisasi untuk mencapai perkembangan ke arah yang lebih baik dengan menciptakan hubungan kerja sama dengan bawahannya. Hubungan yang dilakukan oleh bawahan sudah tentu mengandung maksud untuk mendapatkan simpati dari pimpinan yang merupakan motivasi untuk meningkatkan prestasi kerja ke arah yang lebih baik. Hal ini tergantung dari kebutuhan dan cara masing-masing individu, karena satu sama lain erat hubungannya dengan keahlian dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam bukunya “Dimensi-Dimensi Komunikasi” hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori:
1. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama.
2. Komunikasi kelompok
Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi.
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik.
Monday | October 27, 2008
Pengertian dan Teori Komunikasi Kelompok
PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communicatio, A Revision of Approaching Speech/Communication, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.
Terdapat 4 elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu: interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan yang dikehendaki, dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya.
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI KELOMPOK
Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berprilaku satu dengan yang lainnya. Kadang-kadang norma yang disebut oleh para sosiolog dengan nama “hukum” (law) ataupun “aturan” (rule), yaitu prilaku-prilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan untuk suatu kelompok.
Jika norma diberi batasan sebagai ukuran kelompok yang dapat diterima, maka peran (role) merupakan pola-pola prilaku yang diharapkan dari setiap anggota kelompok. Ada dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan.
KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK
Ronald B. Adler dan George Rodnan dalam bukunya Understanding Human Communication membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu: kelompok belajar (learning group), kelompok pertumbuhan (growth group), dan kelompok pemecahan masalah (problem-solving group).
Kelompok Belajar (learning group)
Salah satu ciri yang menonjol dari learning group ini adalah adanya pertukaran komunkasi dua arah. Artinya, setiap anggota kelompok belajar adalah kontributor atau penyumbang dan penerima pengetahuan.
Kelompok Pertumbuhan (growth group)
Karakteristik yang terlihat dalam tipe kelompok ini adalah tidak mempunyai tujuan kolektif yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok diarahkan kepada usaha untuk membantu para anggotanya. Mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk peduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi.
Kelompok Pemecahan Masalah (problem solving group)
Problem solving group dalam operasionalisasinya melibatkan dua aktivitas penting.
Pertama, pengumpulan informasi (gathering information): bagaimana suatu kelompok sebelumnya membuat keputusan, berusaha mengumpulkan informasi yang penting dan berguna untuk landasan pengambilan keputusan tersebut. Kedua, pembuatan keputusan atau kebijakan itu sendiri yang berdasarkan pada hasil pengumpulan informasi.
TEORI DALAM KOMUNIKASI KELOMPOK
Ada dua aliran besar didalam melihat teori komunikasi kelompok (Liitlejohn, 1999:284-294):
1. The input – process – output model
Input = sesuatu yang mempengaruhi kelompok,
Proses = sesuatu yang terjadi dalam kelompok,
Output = sesuatu yang dihasilkan kelompok.
2. The structurational perspective
Ada tiga teori komunikasi kelompok yang diperkenalkan dalam aliran input-process output model :
a.A general organizing model
Menekankan pada bagaimana kelompok memiliki energi yang digunakan untuk aktivitas pengambilan keputusan.
b. The functional tradition
Menekankan pada kualitas komunikasi kelompok, membahas kesalahankesalahan yang dibuat oleh kelompok pada waktu pengambilan keputusan..
c. The interactioanl tradition
Menekankan pada aspek komunikasi yang terjadi di dalam kelompok. Bahwa output kelompok sangat ditentukan oleh interaksi yang terjadi di dalam kelompok. Kelompok kecil melaksanakan kegiatannya dengan berbagai format. Format yang paling populer adalah panel discussion, seminar, simposium, dan simposium-forum. Panel Discussion.
Dalam format panel atau meja bundar, anggota kelompok mengatur diri mereka sendiri dalam pola melingkar atau semi-melingkar. ereka berbagi informasi atau memecahkan permasalahan tanpa pengaturan siapa dan kapan mereka berbicara. Anggota akan memberikan kontribusinya jika mereka sendiri merasakan merasakan layak itu.
TEORI KONFLIK
Berikut gambaran mengenai asumsi-asumsi utama teori konflik adalah
-->Setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan; perubahan ada dimana-mana;
-->Disensus dan konflik terdapat dimana-mana
-->Setiap unsur masyarakat memberikan sumbangan pada disintegrasi dan perubahan masyarakat
-->Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa orang anggota terhadap anggota lain (Dahrendorf, 1976:162)
Tokoh Awal : Karl Marx
Dalam kerangka teori Marx cara produksi yang terdapat dalam masyarakat merupakan factor yang menentukan struktur masyarakat tertentu. Pandangan ini dituangkan dalam konsepnya mengenai struktur infa dan struktur supra. Menurut pandangan marx struktur supra selalu ditentukan oleh struktur infra.
Alienansi. Konsep penting lain yang dikembangkan marx ialah konsep alienasi. Marx melihat bahwa sejarah manusia memperlihatkan peningkatan penguasaan manusia terhadap alam serta peningkatan alienansi manusia.
Tokoh Awal : Max Weber
Karya Weber sering dikaitkan dengan teori sosiologi yang berbeda. Uraian webber mengenai tindakan sosial sebagai pokok perhatian sosiologi dijadikan dasar bagi pengembangan teori interaksionalisme simbolik (Turner,1978) Weber pun dianggap sebagai tokoh yang memberi sumbangan terhadap fungsionalisme awal (Turner,1978) namun webber dianggap pula sebagai penganut teori konflik (Collins,1968)
Tokoh Modern : Ralf Dahrendorf
Dalam tulisan mengenai kelas dan konflik kelas dalam masyarakat industri, Ralf Dahrondorf (1976) menolak beberapa diantara pandangan Marx. Ia mengamati bahwa, berebeda dengan pandangan Marx, perubahan sosial tidak hanya datang dari dalam tetapi dapat juga dari luar masyarakat; bahwa perubahan dari dalam masyarakat tidak selalu disebabkan konflik sosial; dan bahwa di samping konflik kelas terdapat pula konflik sosial yang berbentuk lain. Ia pun mengamati bahwa konflik tidak selalu menghasilkan revolusi, dan bahwa perubahan sosial dapat mengamati bahwa konflik tidak selalu menghasilkam revolusi revolusi, dan bahwa perubahan sosial dapat terjadi tanpa revolusi. Selanjutnya, Dahrendorf melihat pula bahwa kelas-kelas sosial tidak selalu terlibat didalam konflik. Akhirnya Dahrendoft mencatat bahwa kekuasaan politik selalu mengikuti kekuasaan di bidang Industri.
Menurut Teori konflik versi Dahrendorf masyarakat terdiri atas organisasi-organisasi yang didasarkan pada kekuasaan (dominasi satu pihak atas pihak lain atas dasar paksaan) atau wewenang (dominasi diterima dan diakui oleh pihak yang didominasi). Karena kepentingan kedua pihak dalam asosiasi-asosiasi tersebut berbeda—pihak penguasa berkepentingan untuk memperoleh kekuasaan—maka dalam asosiasi-asosiasi akan terjadi polarisasi dan konflik antara dua kelompo. Keberhasilan kelompok yang dikusai untuk merebut kekuasaan dlam asosiasi akan menghasilkan perubahan sosial. Dengan demikian konflik, menurut Dahrendorf, merupakan sumber terjadinya perubahan sosial (Dahrendorf,1976).
Posted by Emi Coeloen at 17:53:59 | Permanent Link | Comments (0) |
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK
Sabtu, Juli 12th, 2008 in Teori Komunikasi by [kuliah-omith]
Sebagaimana telah diuraikan pada bagian pendahuluan, bahwa kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hamper semua aspek kehidupan. Ia bias merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengethuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan manaslah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam seuatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisocial.
Bahasan dalam modul ini mencakup tiga hal, yaitu pengertian mngenai kemonikasi kelompok, karakteristik dari komunikasi kelompok dan kajian tentang fungsi dari komunikasi kelompok.
Pengertian Komunikasi Kelompok
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communiation, A Revisian of Approaching Speech/Comumunication, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota kelompok dapat menumbuhkan karateristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the face-to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self-maintenance, or problem solving, such that the members are able to recall personal characteristics of other members accurately).
Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu :
interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya. Kita mencoba membahaas keempat elemen dari batasan tersebut dengan lebih rinci.
Terminologi tatap muka (face-toface) mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan baru. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota kelompok. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi di mana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya. Dan karenannya kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok.
Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi di atas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahun (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Elemen terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan karateristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud/tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.
Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan oleh Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication. Mereka mengatakan bahwa kelompok atau group merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu (a small collection of people who interct with each other, usually face to face, over time order to reach goals).
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut, yaitu :
elemen pertama adalah interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompk. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap anggota kelompk untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain/seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama.
elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.
Karakteristik Komunikasi Kelompok
Apapun fungsi yang disandangnya, baik primer maupun sekunder dalam keberadaannya memiliki karakteristik tertentu. Karenanya, memahami karakteristik yang ada merupakan langkah pertama untuk bertindak lebih efektif dalam suatu kelompok di mana kita ikut terlibat didalamnya. Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan peran. Kita akan membahas kedua karakteristik tersbut denga lebih rinci satu persatu.
Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan lainnya. Kadang-kadang norma oelh para sosiolog disebut juga dengan ‘hukum’ (law) ataupun ‘aturan’ (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para nggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Dari norma tugas mmusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan.
Berikut kita akan mempelajari norma-norma dalam kelompok dengan mencermati tabel di bawah ini.
TABEL NORMA-NORMA YANG DIHARAPKAN
DALAM SUATU KELOMPOK
SOSIAL PROSEDURAL TUGAS
Mendiskusikan persoalan Memperkenalkan para Mengkritik ide
Yang tidak kontroversial anggota kelompok bukan orangnya
Menceritakan gurauan Membuat agenda Mendukung gagasan
Yang lucu pertemuan yang terbaik
Menceritakan kebenaran Duduk saling bertatap Memiliki kepedulian
Yang tidak dapat dibantah muka untuk pemecahan
Persoalan
Jangan merokok (kalau Memantapkan tujuan Berbagi beban
Dimungkinkan) kelompok pekerjaan
Jangan datang terlambat Jangan meninggalkan Jangan memaksakan
Pertemuan tanpa sebab gagasan kita dalam
Kelompok
Tidak hadir tanpa alasan Jangan memonopoli Jangan berkata kasar
Yang jelas percakapan jika tidak setuju
Jika norma diberi batasan sebagai ukuran kelompok yang dapat diterima, maka peran (role) merupakan pola-pola perilaku yang diharapkan dari setiap anggota kelompok. Ada dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan. Kita akan menyimak kedua fungsi tersebut dalam tabel.
TABEL PERAN FUNGSIONAL DARI ANGGOTA KELOMPOK
FUNGSI TUGAS FUNGSI PEMELIHARAAN
Pemberi informasi Pendorong partisipasi
Pemberi pendapat Penyelaras
Pencari informasi Penurun ketegangan
Pemberi aturan Penengah persoalan pribadi
Fungsi Komunikasi Kelompok
Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk pembuatan kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri.
Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan sktivitas yang informal, santai dan menghibur.
Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahun. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompk membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan msing-masing anggota, mustahil fungai edukasi ini akan tercapai.
Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok.
Fungsi keompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahn masalah menghasilkan materi atu bahan untuk pembuatan keputusan.
Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnhya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalh membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok perokok berat dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama pengungkapan ciri (self disclosure). Artinya, dalam suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.
MEMAHAMI KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK
Persoalan-persoalan mengenai tipe kelompok, metode pembuatan keputusan yang terjadi dalam suatu kelompok dan kepemimpinan dalam kelompok merupakan materi pelajaran yang akan dibahas dalam kegiatan belajar 2 berikut ini.
Dalam wujud nyata yang dapat dita temui sehari-hari, kita nengenal beberapa tipe dari kelompok seperti kelompok belajar, kelompok pemecahan masalah, serta kelompok sosial lainnya. Sementara dalam bahasan mengenai metode pengambilam keputusan dalam kelompok, kita akan mengenal sejumlah metode yang digunakan di mana masing-masing metode yang dipakai bergantung kepada beberapa faktor yang melingkupinya. Dan dalam bahasan mengenai kepemimpinan dalam kelompok, kita diajak untuk memikirkan gaya-gaya kepemimpinan yang terjadi dalam kelompok dan fungsi kepemimpinan dalam kelompok. Kita mencoba membahas ketiga subbahasan dalam kegiatan belajar 2 ini dengan lebih rinci dan mendalam.
Tipe Kelompok
Ronald B. Adler dan Goerge Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu kelompok belajar (learning group), kelompok pertumbuhan (growth group), dan kelompok pemecahan masalah (problem-solving group). Masing-masing tipe kelompok memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda.
Kelompok Belajar (learning group)
Ketika kita mendengar kata ‘belajar’ atau learning, perhatian dan pikiran kita hampir selalu tertuju pada suatu lembaga pendidikan ataupun sekolah. Meskipun institusi pendidikan tersebut termasuk dalam klasifikasi learning group, namun ia bukan satu-satunya. Kelompok yang memberi keterampilan berenang ataupun kelompok yang mengkhususkan kegiatannya pada peningkatan kemampuan dalam memberi pertolongan darurat misalnya, dapat digolongkan ke dalam kelompok belajar tersebut. Jadi, apa pun bentuknya, tujuan dari learning group ini adalah meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para anggotanya.
Satu ciri yang menonjol dari learning group ini adalah adanya pertukaran informasi dua arah, artinya setiap anggota dalam kelompok belajar adalah kontributor atau penyumbang dan penerima pengetahuan.
Kelompok Petumbuhan (growth group)
Jika learning group para anggotanya terlibat dalam persoalan-persoalan aksternal sebagaimana yang telah siuraikan di atas, maka kelompok pertumbuhan lebih memusatkan perhatiannya kepada permasalah pribadi yang dihadapi para anggotanya. Wujud nyata dari growth group ini adalah kelompok bimbingan perkawinan, kelompok bimbingan psikologi, kelompok terapi sebagaimana yang sudah diuraikan pada kegiatan belajar 1, serta kelompok yang memusatkan aktivitasnya kepada penumbuhan keyakinan diri, yang biasa disebut dengan consciousness-raising group.
Karekateristik yang terlihat dalam tipe kelompok ini adalah growth group tidak mempunyai tujuan kolektif yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok diarahkan kepada usaha untuk membentu para anggotanya mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk peduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi.
Kelompok Pemecahan Masalah (problem-solving group)
Orang -orang yang terlibat dalam kelompok pemecahan masalah, bekerja bersama-sama untuk mengatasi persoalan bersama yang mereka hadapi. Dalam sebuah keluarga misalnya, bagaimana seluruh anggota keluarga memecahkan persoalan tentang cara pembagian kerja yang memungkinkan mereka terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, seperti tugas apa yang harus dilakukan seorang suami, apa yang menjadi tanggung jawab istri, dan pekerjaan-pekerjaan apa yang dibebankan kepada anak-anaknya. Atau dalam contoh lain, bagaimana cara warga yang bergabung dalam satu rukun tetangga (RT) berusaha mengorganisasikan diri mereka sendiri guna mencegah tindakan pencurian melalui kegiatan sistem keamanan llingkungan atau lebih dikenal dengan siskamling.
Problem solving gorup dalam opersionalsasinya, mlibatkan dua aktivitas penting.
Pengumpulan informasi (gathering information); bagaimana suatu kelompok sebelum membuat suatu keputusan, berusaha mengumpulkan informasi yang penting dan berguna untuk landasan pengambilan keputusan tersebut.
Pembuatan keputusan atau kebijakan itu sendiri yang berdasar pada hasil pengumpulan informasi.
Referensi:
1. Sasa Djuarsa S., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003
2. John Fiske, Introduction to Communication Studies, Sage Publications, 1996
3. Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth
Publication, New Jersey, 1996.
4. Drs. Ahmad Mulyana, M.Si
Berbagi
0 komentar:
Posting Komentar